B. Pemakaian Huruf Miring

Huruf miring di dalam cetakan dipakai untuk
  1. menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip di dalam tulisan:
    • Serat Kalatidha anggitané R. Ng. Ranggawarsita.
      'Serat Kalatida karangan R. Ng. Ranggawarsita.'
    • Bab kuwi tau kapacak ing kalawarti Jaya Baya.
      'Hal itu pernah dimuat di dalam majalah Jaya Baya.'
    • Dhèwèké langganan ariwarti Jawa Pos.
      'Dia beriangganan harian Jawa Pos.'
  2. menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata:
    • Aksara d lan t kang dumunung ing pungkasaning tembung iku mèh padha pakecapané.
      'Huruf d dan t yang teredapat pada akhir kata itu hampir sarna ucapannya.'
    • Su ing tembung susastra ateges linuwih.
      'Su pada kata susastra berarti indah.'
    • Manungsa mono dumadi saka anasir bumi, geni. banyu, lan angin.
      'Manusia itu terbentuk dari unsur bumi, api, air, dan angin.'
    • Gawéa ukara nganggo tetembungan mbangun turut.
      'Buatlah kalimat dengan kata mbangun turut.'
  3. menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya:
    • Ketapang kuwi saka tembung Latin terminalia catapa.
      'Ketapang itu dari istilah Latin terminalia catapa.'
    • Clean governance iku dadi gegayuhaning bangsa Indonesia.
      'Clean governance itu menjadi cita-cita bangsa Indonesia.'
    • Ing kabar mau presidhèn ngendi sing arep dikudhéta?
      'Di dalam berita tadi presiden mana yang akan dikudeta?'
Catatan
Di dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf, kata, bagian kata, atau bagian kalimat yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya. Jika teks pengantar sudah dicetak miring, pengkhususan dilakukan dengan cetak miring tebal.