B. Tanda Koma

  1. Tanda koma , dipakai di antara unsur-unsur di dalam suatu perincian atau pembilangan.
    Contoh:
    • Aku tuku tas, dhompèt, lan klambi.
      'Saya membeli tas, dompet, dan baju.'
    • Siji, loro, telu, ... papat!
      'Satu, dua, tiga, ... empat!'
  2. Tanda koma , dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata, seperti, nanging, ananging, atau ning 'tetapi'.
    Contoh:
    • Dudu bandha dudu rupa, nanging mung tulusing ati kang digolèki.
      'Bukan harta bukan rupa, tetapi ketulusan hati yang dicari.'
    • Kali iki cilik, ning iliné santer banget.
      'Sungai ini kecil, tetapi arusnya sangat deras.'
  3. Tanda koma , dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimat.
    Contoh:
    • Saupama aku ngerti, kowé mesthi takkandhani.
      'Seandainya saya tahu, kamu pasti saya beri tahu.'
    • Yèn kowé ora bisa teka, matura saiki.
      'Kalau kamu tidak bisa datang, katakanlah sekarang.'
    Tanda koma , tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengikuti induk kalimat.
    Contoh:
    • Kowé mesthi takkandhani saupama aku ngerti.
      'Kamu pasti saya beri tahu seandainya saya tahu.'
    • Matura saiki yèn kowé ora bisa teka.
      'Katakanlah sekarang kalau kamu tidak dapat datang.'
  4. Tanda koma , dipakai di belakang kata seru seperti o, wah, adhuh, yang terdapat pada awal kalimat.
    Contoh:
    • O, dadi kowé kuwi saka Banyubiru?
      'O, jadi kamu dari Banyubiru?'
    • Wah, olèhé omong seru banget!
      'Wah, bicaranya keras sekali!'
    • Adhuh, hawané panas banget!
      'Aduh, udaranya sangat panas!'
  5. Tanda koma , dipakai di belakang penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat.
    • Malioboro saiki ramé banget. Mula, kowé kudu ngati-ati.
      'Malioboro sekarang sangat ramai. Oleh karena itu, kamu harus hati-hati.'
    • Bapak saweg manggihi tamu. Awit saking menika, Panjenengan kula aturi nengga sakedhap.
      'Bapak sedang menemui tamu. Oleh karena itu, Saudara saya persilakan menunggu sebentar.'
  6. Tanda koma , dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian kalimat lain di dalam kalimat.
    Contoh:
    • "Aku bungah banget", ngendikané Ibu, "déné kowé lulus."
      '"Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena kamu lulus."'
  7. Tanda koma , dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama dan tempat wilayah atau negeri, yang ditulis berturutan.
    Contoh:
    • Kepala Balai Bahasa Yogyakarta,
      Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta
    • Jombor Baru, Sendangadi, Mlati, Sleman
    • Surabaya, 10 Mei 1960
    • Kuala Lumpur, Malaysia
  8. Tanda koma , dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga.
    Contoh:
    • R. Sumartana, S.E. (Raden Sumartana, Sarjana Ekonomi)
    • Ny. Darmini, S.H. (Nyonya Dannini, Sarjana Hukum)
    • R. Suteja SH (Raden Suteja Soma Harsaya)
    • Sumarsih SE (Sumarsih Sigit Endarja)
  9. Tanda koma , dipakai di depan angka persepuluhan (desimal) dan di antara rupiah dan sen di dalam bilangan.
    Contoh:
    • 12,45 m
    • Rp 12,50
  10. Tanda koma , dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
    Contoh:
    • ing désaku, upamané, isih akèh bocah sing ora sekolah.
      'Di desa saya, misalnya, masih banyak anak yang tidak sekolah.'
    • Pak Nata, pamané Ali, uga rawuh.
      'Pak Nata, pamannya Ali, juga datang.'
  11. Tanda koma , tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain di dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan mendahului bagian lain di dalam kalimat itu.
    Contoh:
    • "Kowé arep lunga menyang endi?" pandanguné Bapak.
      '"Kamu akan pergi ke mana?" tanya Ayah.'
    • Kamar iki resikana!" dhawuhé Ibu.
      '"Bersihkanlah kamar ini!" perintah Ibu.'